Gunung LEWOTOBI yang terletak di
timur Pulau Flores sebenarnya
merupakan gunung kembar.
Gunung ini dikenal sebagai
pasangan ‘suami dan istri.’
Sang ‘suami’ disebut dengan
nama Gunung Lewotobi Lakilaki,
dan sang ‘istri’ disebut
dengan nama Gunung
Lewotobi Perempuan.
Keduanya hanya dipisahkan
jarak sejauh dua kilometer.
Kawah di puncak Lewotobi
Laki-laki berdiameter 400meter, sedangkan kawah di
puncak Lewotobi Perempuan
berdiameter 700 meter.
Menurut laman
volcano.si.edu, Lewotobi Lakilaki
yang ketinggiannya sekitar
1.548 meter tercatat beberapa
kali aktif pada abad 19 dan 20,
sedangkan Lewotobi
Perempuan yang
ketinggiannya mencapai 1.703
meter hanya pernah meletusdua kali sepanjang sejarah.
Berikut sejarah letusan Gunung Lewotobi seperti dirangkum John Seach, ilmuwan dan ahli vulkanologi terkemuka di dunia, dalam situs volcanolive.com:
* Tahun 1932: Terjadi letusan gas.
* Tahun 1933: Terjadi letusan abu pada tanggal 17 Desember 1933.
* Tahun 1939: Terjadi letusan pada 17 Desember 1936, tepat 6 tahun setelah letusan sebelumnya.
* Tahun 1991: Terjadi letusan di puncak kawah pada Mei dan Juni 1991.
* Tahun 1999: Gemuruh dan abu keluar dari perut Lewotobi mulai 31 Maret 1999, disusul dengan letusan kuat pada tanggal 1 Juli 1999. Lava pijar tersembur hingga radius 500 meter. Letusan dan semburan lava itu menagkibatkan kebakaran hutan sampai lebih dari 2,5 km. Abu beterbangan sampai radius 8 km.
* Tahun 2002: Terjadi letusan pada tanggal 12 Oktober 2002.
* Tahun 2003: Terjadi letusan pada tanggal 30 Mei 2003. Material abu mencapai ketinggian lebih dari 200 meter dari puncak gunung. Letusan dan hujan abu itu berlanjut sampai bulan Juni dan Juli 2003. Aktivitas seismik itu berakhir pada bulan September 2003.